Perjuangan Mengejar Mimpi ke Negeri Kangguru (Part 1)

oleh : Miftahul Hidayah

IMG-20150925-WA0024 (2)

If your dreams don’t scare you, they aren’t big enough!

                                                                                                                                – Ellen Johnson Sirleaf

Alhamdulillah saya ucapkan atas nikmat yang tak henti-hentinya Allah curahkan dalam kehidupan saya. Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan adalah kesempatan untuk bisa menimba ilmu di luar negeri dan menjadi bagian dari salah satu kampus terbaik di dunia, Monash University. Sebuah mimpi yang akhirnya Allah kabulkan lewat doa orang-orang tercinta.

Keinginan untuk mengenyam studi di luar negeri sudah saya rasakan sejak di bangku kuliah. Selama kuliah saya sempat mengikuti beberapa seleksi pertukaran pelajar maupun beasiswa ke luar negeri seperti IELSP dan Monbusho. Berkali-kali mengirim aplikasi untuk beasiswa dan berkali-kali pula mendapat kabar tidak lulus memang menyedihkan, tapi ternyata tidak mematahkan semangat saya untuk terus mencoba beasiswa yang lain. Setelah diwisuda pada bulan Oktober 2013, saya mulai mencari beasiswa untuk S2. Saat itu saya mendengar bahwa salah seorang senior dari Minang berhasil mendapatkan beasiswa LDPD untuk s2 di Korea. Kabar ini menjadi salah satu penyemangat yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk mendaftar beasiswa LPDP.

Desember 2013, saya dinyatakan lulus wawancara beasiswa LPDP dan dari sinilah perjuangan jatuh bangun untuk bisa kuliah di negeri mulai saya rasakan. Perjuangan untuk bisa memperoleh nilai IELTS yang disyaratkan universitas luar negeri adalah perjuangan terberat yang membuat saya hampir saja menyerah. 1 Februari 2014 adalah tes IELTS pertama yang saya ikuti dan ternyata hasilnya masih dibawah target, akibatnya saya tidak bisa mendaftar ke University of Turku di Finlandia yang merupakan universitas tujuan awal ketika mendaftar LPDP dulu. Pertengahan Juli, saya kembali mengambil tes IELTS setelah sempat mengikuti kursus IELST di Kampung Inggris, Pare selama dua minggu. Namun ternyata hasilnya pun masih belum mencapai taget. Saya hampir menyerah waktu itu dan berniat untuk mendaftar di Universitas lain yang tidak harus menggunakan IELTS. Tapi berkat dukungan dari keluarga dan teman-teman, pada pertengahan September saya memberanikan diri mengikuti tes IELTS untuk yang ketiga kalinya dan Alhamdulillah akhirnya nilai IELTS saya pun mencapai target.

Kenapa memilih Monash University? Saya kerap kali mendapat pertanyaan ini. Banyak alasan yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk memilih Monash, salah satunya adalah karena Monash memiliki reputasi yang sangat bagus untuk jurusan kependidikan. Tahun 2014, Monash menduduki peringkat keenam dunia untuk jurusan kependidikan versi QS World University Ranking. Selain itu, saya beruntung mendapatkan kesempatan mendengarkan pengalaman tentang belajar di luar negeri khususnya di Australia dari Bapak Turmudi. Obrolan-obrolan ini juga menjadi salah satu motivasi bagi saya untuk melanjutkan pendidikan ke Australia.

Saya yakin banyak diantara kita yang memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Keinginan tersebut insya Allah bisa diwujudkan, apalagi dengan semakin banyaknya beasiswa yang disediakan oleh pemerintah Indonesia. Berani bermimpi besar dan siap berlelah-lelah untuk memperjuangkannya adalah dua kunci yang setidaknya harus dimiliki. Untuk mendapatkan sesuatu yang besar, tentulah diperlukan usaha yang besar pula. Mendapatkan beasiswa dan diterima di universitas luar negeri bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari perjuangan yang baru.

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

                                                                                                                                -Imam Syafi’i

Lanjut ke Part 2